Rabu, 04 November 2009

return on Investment

Return on Investment

Tingkat pengembalian (ROI) adalah suatu rasio pembanding. Pembilangnya (numerator) adalah pendapatan yang dilaporkan pada laporan keuangan. Dan penyebutnya (denominator) adalah aset yang digunakan (Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan, 2000:249). ROI digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam aktiva tidak lancar ditambah modal kerja untuk menghasilkan keuntungan bersih. ROI adalah alat ukur yang sangat umum digunakan untuk mengukur kinerja sebuah pusat investasi.

ROI umumnya digunakan sebagai pedoman manajemen dalam menerima sebuah proyek baru. Hanya proyek dengan rate of return lebih besar dari ROI suatu divisi atau perusahaan yang akan diterima. Dengan adanya hal ini, perusahaan didorong untuk mengambil proyek-proyek yang akan meningkatkan rate of return perusahaan. Manajemen juga lebih memperhatikan cost of efficiency dalam perencanaan dan strateginya. Dengan digunakan ROI, manajer divisi cenderung untuk melewatkan proyek-proyek yang menurunkan divisional ROI, meskipun proyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan


Perbandingan ROI, ROA dan EVA

Ada tiga hal utama yang membedakan EVA dengan tolok ukur keuangan

yang lain (McDaniel, Gadkari dan Fiksel 2000) yaitu:

1. EVA tidak dibatasi oleh

prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pengguna EVA bisa menyesuaikan

dengan kondisi spesifik

2. EVA dapat mendukung setiap keputusan dalam

sebuah perusahaan, mulai dari investasi modal, kompensasi karyawan dan

kinerja unit bisnis

3. Struktur EVA yang relatif sederhana membuatnya bisa

digunakan oleh bagian engineering, environmental dan personil lain sebagai alat yang umum untuk mengkomunikasikan aspek yang berbeda dari kinerja

keuangan.

Rasio ROI memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

· ROI merupakan pengukuran yang komprehensif dimana semua mempengaruhi laporan keuangan tercermin di rasio ini.

· ROI mudah dihitung, mudah dipahami dan sangat berarti dalam arti absolut.

· ROI merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap laba (profitabilitas), di luar besar dan jenis usaha .

(Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan, 2002: 349).

Menurut Munawir, seperti yang dikutip dalam Adnyadewi (2003:2), kelemahan ROI antara lain

· kesukaran dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis karena adanya praktik akuntansi yang digunakan berbeda,

· Adanya fluktuasi nilai dari uang (daya beli) khususnya bila dalam kondisi inflasi,

· tidak dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua perusahaan atau lebih untuk dapat memperoleh simpulan yang memuaskan,

· tidak dapat memberikan gambaran atau pencerminan terhadap struktur modal perusahaan.

Keunggulan ROA (Return On Asset)

· ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.

· ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.

· ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.

Kelemahan ROA

Disamping beberapa keunggulan diatas ROA juga memiliki kelemahan yaitu (Lisa,1999):

· Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan ecara keseluruhan.

· Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang.

· Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan budget pemasaran, dan pengguaaan bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang.

Sedangkan EVA memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki ROI, yaitu:

· Dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk perbandingan investasi.

· EVA memperhitungkan biaya modal atas ekuitas.

· Dilakukannya adjustment (penyesuaian) terhadap biaya-biaya tertentu yang dikeluarkan.

· Memiliki korelasi positif yang lebih kuat terhadap perubahan-perubahan nilai pasar perusahaan.

· EVA berorientasi pada peningkatan laba di atas biaya modal, bukan seperti ROI yang dapat meningkatkan rasio dengan menjual aset yang memiliki ROI di bawah rata-rata keseluruhan.

(Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan, 2002:350)

Kekurangan yang terdapat pada metode EVA adalah sebagai berikut:

· EVA cenderung mengabaikan pengukuran non finansial dan kepentingan stockholder.

· Penghitungan EVA masih mendasarkan pada laporan keuangan yang kemungkinan dapat direkayasa pembukuannya untuk mendapatkan EVA yang positif

· Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan.

· Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek, sehingga manajemen cenderung enggan berinvestasi jangka panjang, karena bisa mengakibatkan penurunan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan.

(Siti Resmi, 2002:28).